Senin, 23 Desember 2013

SMA nih?

What's up! Haven't been on for so long! I miss sharing my life on blog hahahahahahaha (don't care with people will reading this or not, I just want to share my story hah). Jadi hari ini gue akan menceritakannya dengan singkat dan cepat yay!

Umur gue masih 15 tahun, tapi bedanya sekarang gue udah SMA *asoyyy-___-*. Puji Tuhan Alelluya gue keterima di SMA yang sudah dari kelas 4 SD gue impikan, Kolese Gonzaga. To be honest, gue seneng dan bangga banget bisa sekolah disini. Selain karena ini sekolah yang wow banget di mata gue, gue yakin gue bisa menjadi lebih berkembang dengan bersekolah disini, dan juga gue bisa meneruskan keluarga gue untuk bersekolah disini itu adalah kehormatan tersendiri.

High school life is not easy for me. Gue yakin semuanya pasti akan menjadi lebih kompleks; entah itu pelajaran, kegiatan, masalah pertemanan, dsb. And yeah, it's true. Everything seems so complicated. There is some time where I feel like I have come to the point where I don't wanna do anything and I just wanna die. Gue serius dengan perkataan barusan. Ada saat dimana gue gak kuat dengan masalah-masalah yang gue hadapi, yang justru bukan berasal dari pelajaran atau kegiatan sekolah tapi malah dari hubungan sosial gue. Person talking about me behind my back on the internet, keegoisan dan kelabilan emosi, sepertinya itu masalah utama yang gue hadapi. Tapi gue sadar, gue udah berumur 15 tahun, udah SMA, gue hars bisa menyelesaikan semua ini dengan dewasa dan baik. Tentang orang yang ngomongin gue di belakang di internet, I don't give a shit, seriously. Gue dan teman-teman gue masih dalam proses perubahan diri dan gue yakin kita bisa berubah menjadi yang lebih baik dan masalah-masalah tadi akan hilang layaknya debu yang ditiup oleh angin.

Tugas gue makin banyak, begitupun dengan tanggung jawab yang gue pegang. Kemarin baru aja terima raport dan Puji Tuhan gue rank10 dengan rata-rata 82,3 :) tapi masih ada 2 tugas yang mengusik hati gue. Tugas Autobiografi dan tugas majalah. Semuanya dari pelajaran Bahasa Indonesia dari 2 guru yang berbeda, keduanya memilki bobot nilai yang sangat besar untuk raport kenaikan kelas *sigh*

Tapi, kalo diperhatikan, high school life is (so) fun! I love the life I have lived in and I won't trade it for anything. Hidup gue menjadi lebih berwarna dengan hadirnya masalah dan berbagai hal lainnya. Keluarga gue menjadi semakin besar, karena kami semua dalam komunitas Kolese Gonzaga adalah keluarga. Dan gue bangga dan cinta kelurga gue. Apalagi dengan hadirnya Divisi 6 dalam hidup gue makin lebih berwarna. Kami mungkin memang belum sempurna sebagai keluarga, tapi gue tau dalam hati setiap anggota Divisi 6, pasti ada rasa cinta (yang besar) terhadap Divisi 6, rasa rindu bila (lama) tidak bertemu, dan rasa sayang terhadap satu sama lain, rasa kasih dan rasa-rasa lainnya wkwkwk. Begitupun dengan Gonz#27 -angkan gue-, pasti terdapat rasa-rasa itu juga, apalagi setelah melalui MOPD dan Jambore bareng pasti rasa-rasa makin muncul hahahahahaha.

Yah, hidup memang semakin kompleks, tapi let it flow aja, biarkan itu semua mengalir seperti aliran sungai yang mengalir. Hidup tuh gak mungkin datar-datar aja, karena seperti garis yang ditunjukkan oleh cardiograph, datar berarti lo mati. Lakukan apa yang harus lakukan dan enjoy itdo your best and let God do the rest. "Because you don't know how long you will live in this world, so do it"


"Kami Divisi 6!!~~" *nyanyi yel2 MOPD* <3 p="">

Minggu, 24 Februari 2013

A (Real Life) Cinderlla Story -Part 1-

Chapter 1

            Tahun kedua aku berada di negara ini. Yah, disinilah aku, terjebak di sebuah Negara yang disebut United States of America. Terjebak diantara orang-orang asing. Aku benar-benar harus mulai dari tahap nol untuk beradaptasi di negara ini. Beradaptasi dengan cuacanya, waktunya, masyarakatnya, bahkan sampai jalan-jalannya. Aku benci dengan ayahku yang memindahkan keluarga kecilnya ke Amerika. Mengapa harus Amerika? Mengapa tidak di London saja? London sudah cukup jauh bagiku yang tinggal di Doncaster. Tapi aku tetap harus tinggal disini. Sampai kapan? Aku tidak tahu.
Aku melanjutkan sekolahku di suatu sekolah negeri di sebuah kota kecil. SMA di negara ini sangat jauh berbeda dengan di negara asalku, Inggris. Di Inggris, kami mengenakan seragam, tapi tidak disini. Mereka semua bebas mengenakan pakaian apa saja. Dan satu hal yang paling berbeda dengan sekolahku di Inggris adalah, suasana koridor. Suasana koridor disini sangat parah. Sampah dimana-mana, banyak pasangan yang bersandar ke tembok atau loker mereka hanya untuk bercumbu, anak-anak senior mengganggu anak-anak junior, semuanya terjadi di koridor.
            Aku rindu Inggris. Aku rindu udaranya, masyarakatnya, teman-temanku, dan tentu saja sahabatku, Louis. Jujur saja, aku tidak memiliki banyak teman disini. Jangankan banyak, satu saja mungkin aku tidak punya. Disini mereka memperlakukan aku layaknya aku seorang “putri” hanya karena aku berasal dari Inggris. Ketika aku berdiri di dekat mereka atau berjalan melewati mereka, mereka akan mengganti aksen berbicara mereka yaitu Amerika, dengan aksen sepertiku, British. Itu sangat menjijikkan.
            Seperti sekolahku di Inggris, mereka mempunyai banyak klub. Aku memilih untuk bergabung dengan klub fotografi. Bukan klub yang special, klub itu hanya berisi sekelompok anak yang gemar mengambil gambar dengan kameranya.
            Di sekolah ini ada seorang anak bernama Brittany Frey dari klub pemandu sorak. Dia adalah kaptennya dan dia selalu berlagak seperti dialah yang mempunyai sekolah ini. Well, harus kuakui bahwa ayahnya adalah seorang sheriff. Dia selalu berjalan bersama teman-temanya yang selalu mengelilinginya seperti bodyguard. Dia cantik, memiliki badan seperti model, dan popular. Dan, dia tidak memiliki seorang kekasih. Aneh kan? Anak yang seperti itu tidak memiliki seorang kekasih.
            Sebenarnya sih banyak sekali anak cowok yang mengantri untuk menjadi pacarnya, tapi tidak satupun yang berhasil menjadi kekasihnya. Ya, Brittany mengajak mereka semua berkencan atau sebagainya, tapi ia hanya mempermainkan semua laki-laki itu. Aku tidak terlalu suka dengannya. Yah, kami sih tidak pernah melakukan pembicaraan secara formal, tapi aku masih tidak suka dengannya. Aku hanya tidak suka dengan sikapnya, itu saja.Kami tidak memiliki masalah yang benar-benar masalah, jadi lebih baik kita lupakan saja dia.
****
            Hari itu merupakan hari Senin biasa. Semuanya biasa saja sampai seluruh anak perempuan di sekolah ini berlari atau berjalan terburu-buru ke arah pintu depan. Apa yangsedang terjadi? Yesus datang ke sekolah ini? Absolutely NOT! Aku memperhatikan mereka dengan heran. Karena aku adalah seorang anak yang memiliki keingintahuan yang besar, jadi aku bergabung dengan anak-anak perempuan tadi.
            Aku menerobos kerumunan itu hingga aku dapat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di luar. Sebuah mobil Porsche hitam baru saja terparkir di halaman sekolah. Aku tahu itu bukan mobil dari salah satu anak di sekolah ini, lagipula siapa yang memiliki mobil semewah itu? Bahkan Brittany si anak sheriff dan Paul si kapten klub futbal tidak punya mobil semewah itu. Semua mata tertuju pada mobil itu. Apa sih yang special dari hal itu? Aku tidak habis pikir apa yang ada di pikiran anak-anak perempuan ini.
            “Hey, what the hell is happening?” aku bertanya kepada seorang siswi disampingku.
            “I heard we have a new student! And you know what, he’s a boy! And he’s a British!” jawab anak itu histeris. Baru kali ini ada seorang siswa di sekolah ini yang tidak mengubah aksennya ketika berbicara denganku. Mungkin ia sedang tidak peduli denganku. Tunggu dulu, apakah tadi dia bilang British Boy? Jadi itu yang membuat semua anak perempuan ini berlari ke pintu depan? Hanya karena seorang cowok Inggris menjadi murid di sekolah ini? Bah, aku sudah sering melihat banyak cowok Inggris dalam hidupku.
            Ketika pengemudi mobil itu keluar, semua anak perempuan itu menahan teriakan mereka di kerongkongan masing-masing. Yah, dia memang keren. Dengan rambut coklat, kaus dengan pola bergaris, skinny jeans merah, jaket kulit, dan kacamata Ray-Ban, dia sangatlah keren. Dia berjalan kearah pintu depan. Sekarang, bukan hanya anak perempuan saja yang mengerumuni pintu depan, tetapi seluruh sekolah. Kalian tahu kan, bagian di film pada saat seorang cowok berjalan dengan slow motion dan seperti ada efek angin? Dia terlihat mirip seperti itu.
            Aku ingin pergi saat itu. Tidak ada yang seru dari melihat seorang anak cowok Inggris berjalan memasuki gedung sekolah. Ketika ia semakin dekat dengan pintu depan, semua anak mulai memberinya jalan. Anak baru itu tersenyum kepada mereka semua. Senyum yang sangat menawan. Wait, apakah dari tadi aku memuja-muja anak baru itu? Forget it.
Ketika dia sudah melewati pintu masuk, ia melepas kacamata hitamnya. Sepertinya kami bertatapan mata secara langsung, walaupun tidak lama. Ia terlihat kaget melihat diriku, kenapa sih dia? Dan beberapa detik kemudian merupakan giliranku untuk menahan teriakanku. Mengapa? Karena aku baru saja sadar, kalau anak baru itu adalah sahabat terbaikku!

P.S: Sorry for taking a really long time to post this part! I really am sorry!

Jumat, 15 Februari 2013

That Simple But Precious Letter

Setelah selama 3 tahun di SMP, dan selalu mengikuti acara Valentine yang rutin setiap tahun, gue gak pernah dapet yang namanya surat sedotan. Surat sedotan adalah suatu media dimana kita bisa ngucapin selamat hari Valentine atau mau nembak kek, atau mau ngomong apa kek, ke seseorang lewat surat yang digulung terus dimasukin ke sedotan. Itu asik lho. Spesial bagi kalian yang tidak berani mengungkapkan perasaan kalian *eh. Dijual sama OSIS Rp.500/buah. Murah braaayyyy....

Dulu pas kelas 8 gue sama temen gue bilang gini, kalo kita punya sesuatu yang seperti prinsip: "Kalo bisa ngomong langsung kenapa enggak? Ngapain harus pake surat sedotan? Jadi kurang gentle ah." Ini gak tau kenapa ya kita ngomong gini, mungkin karena kita desperate gak dapet (?) hahahaha. Tapi ada betulnya juga lho ;)

Tapi tahun ini, pas gue kelas 9, gue dapet 4 surat sedotan. Semuanya dari temen gue. Satu dari Ruth, sahabat gue yang nggak jelas nulis apaan-_- Tapi ada satu yang bikin hati gue tersentuh. Mudah-mudahan dia bener-bener ya waktu nulis surat itu. Ini isinyaaa....

Thank you for giving me the compassion that I have never gotten from any girl I met. 
From all of us 8D class 2011/2012, I think you deserve to be respected, adored, to feel joy and compassion more than even I am.
Your words supported me until now, and I just wanted to say:
THANK YOU.


You are the most heart-touching friend I have ever met.

Gue bener-bener merasa wow setelah baca ini. Apa bener gue udah ngelakuin hal yang dia bilang? Dengan kata-kata yang pernah gue ucapin ke dia? Wow banget. Dia temen yang wow bagi gue. Semua orang dulu kayak ngejauhin dia gitu, tapi gue gak pernah ngerti kenapa pada ngejauhin. Dia itu baik, pinter, dan kreatif. Why would we hate that kind of person? Pepatah "Don't judge a book by its cover" berlaku banget ternyata.

In the end, gue hanya mau bilang terima kasih sama lo yang ngirim suart ini. Berharga banget buat gueee :') Thank you. So (damn) much :')

Jumat, 18 Januari 2013

A (Real Life) Cinderella Story -Prologue-

Hello, my lovely readers! I wanna say sorry for my decision to delete my first fanfiction. I think the story is too privacy. But now I post this one instead. This one is for my bestfriend, hope you enjoy, Magda! ;) Well, so…. Let’s read! :P


Prologue

            “Promise me you won’t forget about me. About us.” Kata seorang anak laki-laki.
“Never. You too.” Balas seorang anak perempuan yang duduk di sebelahnya. Anak laki-laki itu hanya menggangguk. Mereka berada di tempat favorit mereka di taman, menunggu matahari tenggelam, kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan.
            “So, is it the time to say goodbye?” tanya si anak perempuan ketika langit sudah mulai gelap. Matahari sudah tenggelam setengahnya.
“I don’t want to say goodbye.”
“Neither me nor you want to do it.” Mereka berdua menahan air mata mereka agar tidak jatuh.
“Here. So you will never forget about me.” Anak laki-laki itu berkata seraya menyerahkan sebuah kalung kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu membuka bandul kalung itu, dan didalamnya terdapat foto mereka berdua. Anak perempuan itu menggenggam kalung itu erat di dalam tangannya.
“Please never took off this bracelet of your hand.” Ucap anak permpuan itu sambil melihat ke arah gelang yang anak laki-laki itu pakai. Mereka mengenakan gelang yang sama, yang menunjukkan bahwa mereka adalah sahabat. Terdapat ukiran nama mereka dan sebuah tulisan yang berbunyi: “Lou and Becks. Bestfriend Forever.”
Anak laki-laki tersebut memeluk si anak permpuan. Kali ini, mereka membiarkan air mata mereka membasahi pipi mereka. “Promise me you will write me, or call me, or anything!” ujar anak laki-laki itu ketika mereka berpelukan.
“Yeah, I will. Promise me you will do the same.” Anak laki-laki itu mengangguk.
Mereka melepas pelukan mereka. “So…. Goodbye, Louis.”
“Goodbye, Becks. Oh, and Becky, do not make this as the end of our friendship. Our friendship doesn’t have an end, remember?”
Anak perempuan itu tersenyum, menghapus air matanya dengan punggung tangannya. Mereka mengaitkan jari kelingking mereka dan tersenyum. “We will meet again.” Mereka berkata secara bersamaan.
Dan dengan matahari yang sudah sepenuhnya tenggelam, mereka berjalan ke arah yang berlawanan, ke arah rumah masing-masing. Siap untuk berpisah. -to be continue…-

Selasa, 15 Januari 2013

Hey semuanya :) post pertama gue di tahun 2013 nih.... akhirnya nyampe juga di tahun 2013 ya :") Hari-hari gue sebenernya gak ada berubah tuh dari tahun sebelum-sebelumnya. Gue masih dibilang gila sama temen-temen gue, gue masih dibilang bawel sama nyokap gue, gue masih yang sama.

Cuma kegiatan gue di awal tahun ini ditambah dengan adanya tes masuk SMA. Gue memutuskan bakalan masuk SMA Kolese Gonzaga. Sekolah yang sama tempat kakak gue bersekolah. Gue masuk kesana bukan karena ngikutin kakak gue. Gue masuk kesana karena emang keinginan gue dari dulu. Dari kapan tepatnya? Dari kelas 4 SD. Dulu, pas kelas 4, gue udah sering banget bilang, "Lulus SD, aku mau terus sekolah ke SMP Regina Pacis, terus SMA-nya di Gonzaga deh, terus kuliah di UI jurusan Sastra." Tapi sayangnya, gue SMP gak di RP, tapi gue berharap semoga gue nanti keterima di Gonz. AMIN! :D


Anyway, gue mau membahas sesuatu deh. Selama ini gue menulis di blog gue sekan-akan ada yang baca blog gue. Gue yakin sih ada yang baca, tapi siapa coba? Kenapa dia bisa nemu blog gue? Blog ini kan isinya hanya cerita kegiatan sehari-hari gue. Apa dia gak bosan? Terus mereka dari mana aja? Waktu itu sih gue pernah ngeliat, paling banyak dari Indonesia. Tapi dari aja yang dari A,erika, Korea, India, bahakan Eropa. Itu siapa aja yang baca?! Apa mereka ngerti apa yang gue tulis? Atau mereka adalah WNI yang lagi ada disana terus nyasar di blog gue? Hmmmm........... *mind blowing*

Kayaknya segini dulu aja deh ya. Bye! Love ya! :*

P.S: Gue gak masuk hari ini, dan gue kangen sama temen-temen gue :')